"Amalan ibadah tanpa disertai keikhlasan dan mengikuti contoh (dari nabi) seperti musafir yang memenuhi kantong perbekalannya dengan pasir sehingga memberatkannya tanpa ada manfaat"
(Ibnul Qayyim Al Jauziyah)
Barakallah..berbahagialah setiap manusia yang menjadikan pesan Nabi SAW sebagai bekal. Menapaki jalan manusia terbaik, seakan cahaya menerangi jalannya bertemu Sang Khaliq.
Rindu kami padamu ya Rasul, rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul, seakan dikau di sini
Seandainya kita mendapat kesempatan bertemu Rasulullah SAW, tentu kita akan minta didoakan, semoga dimasukkan sebagai kaumnya, yang kelak akan mendapat syafaat, yang kelak akan berkumpul dengannya di surga.
Seandainya kita mendapat kesempatan dikunjungi oleh Rasulullah SAW, tentu kita akan menyambut dengan jamuan luar biasa, tidak cukup sehari dua hari, lebih pun kita tidak mengapa, bahkan kita rela jika harus tidur berdesakan di kamar sebelah, asal beliau betah di rumah kita.
Tapi benarkah itu yang akan terjadi?
Bagaimana jika Rasulullah SAW yang kita cintai menolak untuk mendoakan kita, karena Beliau melihat shalat pun kita masih menunda dan tergesa, membaca kalam Allah saja kita hanya bisa sisakan waktu, lalu kita sibuk menumpuk harta tapi tak juga pergi haji, dan kewajiban-kewajiban lainnya masih kita abaikan.
Bagaimana Rasulullah SAW akan mengenali kita sebagai kaumnya, jika shalawat saja kita enggan lafadzkan, ibadah sunnah yang beliau contohkan berat kita laksanakan, manusia lain sibuk kita puja-puji, keluarga sendiri jauh dari akhlaq terbaik kita, waktu kita sibuk untuk dunia, dunia, dan dunia.
Ya Rahmaan, kami malu, mengaku cinta Rasul-Mu, tapi tak mengenalnya
Ya Rahiim, kami malu, mengaku meneladani Rasul-MU, tapi tak tahu bagaimana mencintainya
Allahumma shalli 'alaa Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar